Akhirnyaaaaa, bisa menulis lagi setelah sekian lama menahan semua
ceritaku sendiri. Ya, aku bukan tipikal orang yang gampang percaya jadi aku
lebih memilih memendam. Pun kalau harus cerita, aku lebih memilih ceritakan
semuanya dengan diriku sendiri hehe. Dan entah kenapa, aku lebih suka juga
menuangkan cerita lewat tulisan.
Okay, so let’s we start...
Aku resign dari Admin Ponpes setelah lima tahun bekerja disana
tepatnya setelah delapan bulan setelah lulus kuliah. Bukan karena apa-apa. bukan
karena suatu masalah. tapi karena aku ngerasa disini terlalu nyaman untuk
aku.
"Aku ingin berkembang, dengan mencoba keluar dari zona
nyaman. Bagaimana hidupku setelah ini, aku benar-benar tidak peduli. Aku buta
jalan, dan aku harus berani terbentur-jatuh-bangkit demi menambah ilmu,
menambah sakit, agar lebih kuat."
Pikirku saat itu. Aku benar-benar keluar tanpa tujuan akan kemana.
Hahaha benar-benar buta saat itu. Kemudian aku melamar sebagai guru bahasa
Indonesia di salah satu sekolah negeri ternama. Hampir sebulan tidak ada
panggilan, aku mencoba melamar di salah satu lembaga bimbel dan diterima. Aku
tidak berharap banyak saat itu. Walaupun gaji tidak seberapa, yang penting aku
punya tempat untuk menambah ilmu dulu.
Dan suatu malam, ada seorang teman menawarkan menjadi guru badal
(guru pengganti) di salah satu sekolah penghafal Al-Qur’an. Sejujurnya aku mau
menolak, karena takut tidak bisa membagi waktu. Tapi entah kenapa saat itu aku
terima karena tidak enak menolak.
Aku interview lagi di sekolah itu. Dan entah kenapa aku merasa
nyaman dengan lingkungannya. Benar-benar terharu ada teman yang mempercayaiku
masuk ke tempat seperti ini. Tempat yang menurutku, aku yang bar-bar ini sama
sekali tidak pantas akan berada di lingkungan ini. Jujur ya, aku merasa
ditampar dengan pertanyaan diriku sendiri saat setelah di jalan pulang
interview seperti ini:
“Lo 23 tahun besok mati terus ga ada amal sama sekali kemana aja 23
tahun lo?”
Separah itu tempat tersebut menyadarkan kalau selama ini aku
terlalu banyak buang waktu yang bukan untuk Tuhanku. Aku mulai banyak perbaiki
diri dari situ. Kalau diceritakan bagaimana setelah bekerja pasti akan panjang sekali
ceritanya hehe jadi mungkin akan ada part khusus bagaimana aku menjalani
hidupku selama aku di sekolah penghafal Al-Qur’an tersebut.
Singkat cerita, aku harus resign dari situ karena keluar kebijakan
baru bahwa semua pengajar harus ikut tahsin (pembelajaran baca Al-Qur’an) level
sekian dan aku belum pernah sama sekali ikut tahsin. Jadi, aku harus keluar
dulu dan belajar tahsin. Kukira hanya beberapa bulan saja, ternyata memakan
waktu bertahun-tahun.
Oh iya, di bimbingan belajar juga aku sudah tidak disana sebulan
setelah aku mengajar di sekolah tersebut.
Aku memutuskan untuk bekerja di tempat lain dulu sambil aku
melanjutkan tahsin. Kuasa Allah, seminggu setelah resign, aku mendapatkan
panggilan kerja di sekolah negeri. Cita-cita ibuku. Tanpa pikir panjang aku
langsung mengiyakan dan diminta masuk besoknya. Yasss, akhirnya aku bekerja
lagi sebagai guru yang linier dengan ijazahku.
Usia murid aku rentan 13-15 tahun. Aku handle 5 kelas. Banyak sekali
ragam sifat-sifat muridku. Gurunya juga beragam. Aku diterima dengan baik. Tapi
karena ada satu hal, aku memutuskan resign. Aku tidak bisa menceritakan alasan
ini disini. Intinya aku...
Resign lagi
Setelah itu, aku benar-benar down. Aku sampai di titik menyalahkan
takdir. Kenapa aku seolah berkali-kali ditempatkan di tempat yang salah?
Setelah menenangkan diri, having fun keluar kota, aku sadar satu
hal, Allah tidak pernah salah dalam menempatkan sesuatu. Semua terjadi karena
ada banyak hal yang harus aku pelajari. Dan benar, banyak sekali yang sudah aku
pelajari dari semua cerita diatas walaupun semua berujung resign.
Salah satu hal besar yang aku pelajari adalah
“Kerja, bukan harus banyak uang, tapi kerja harus merasa nyaman”
Komentar
Posting Komentar